
All Best Alor Besar: Sebuah Kisah tentang Komunitas, Budaya, dan Laut yang Bersatu.
0
0
0
Selama perhelatan Pekan Wisma Raya 2025 di Lapangan Mini Kalabahi, satu sudut festival menarik perhatian karena daya tariknya. Di bawah spanduk sederhana bertuliskan “All Best,” masyarakat Desa Alor Besar berkumpul untuk menampilkan sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar produk, yaitu kisah hidup tentang kolaborasi antara komunitas, budaya, dan laut.
Untuk pertama kalinya, kelompok nelayan, pengrajin, dan penenun bekerja berdampingan bersama Nautika Foundation, menghadirkan potensi terbaik kehidupan pesisir Alor dalam satu ruang kolaboratif. Apa yang mereka tampilkan bukan hanya pameran, tetapi sebuah perayaan identitas dan ketangguhan, bukti bahwa pelestarian alam dan peningkatan ekonomi dapat berjalan beriringan.
Ruang Kolaboratif yang Penuh Makna
Stan bertema “All Best” itu segera menjadi ruang kecil penuh semangat kolaborasi. Di dalamnya, empat kelompok masyarakat memamerkan karya dan inovasi lokal mereka.
Kelompok Perempuan Ikan Asap Sebanjar menampilkan olahan ikan asap tradisional yang dibuat dengan resep otentik lokal, Pokmaswas Bunga Bali memperkenalkan inisiatif mereka dalam perlindungan laut dan edukasi kesadaran bahari, Alor Besar Craft (ABC) menampilkan karya seni fungsional dari limbah kayu dan sisa kain tenun, dan Sentra Tenun Gunung Mako yang dipimpin para perempuan desa memamerkan kain tenun berwarna alami.
Selama sepekan, kolaborasi ini membawa hasil yang nyata. Penjualan kelompok masyarakat meningkat hingga tiga kali lipat dari biasanya. Pengunjung dari berbagai daerah, termasuk Jerman, Singapura, dan Australia, singgah di stan mereka, tertarik pada cerita di balik setiap produk. Ada yang membeli cendera mata, ada pula yang mendengarkan cerita tentang cara pembuatan ikan asap, proses penenunan tradisional, hingga kisah bagaimana limbah kayu diubah menjadi karya seni. Stan itu berubah menjadi ruang belajar kecil, tempat tradisi dan keberlanjutan berpadu selaras.
Lebih dari sekadar angka, pengalaman ini memulihkan sesuatu yang lebih dalam, yaitu rasa percaya diri. Bagi banyak peserta, ini adalah kali pertama karya mereka diakui sebagai bagian dari gerakan besar menuju kehidupan berkelanjutan. Mereka pulang membawa pendapatan, kebanggaan, dan keyakinan bahwa keterampilan mereka dapat menginspirasi yang lain.

Ketika Konservasi dan Kehidupan Pencaharian dipertemukan
Di balik kemeriahan festival, terangkat pula cerita dari dasar laut. Awal tahun ini, Nautika Foundation, bersama Pokmaswas Bunga Bali dan UPTD Konservasi Provinsi, membangun lokasi pembibitan terumbu karang di perairan Molugara.
Wilayah yang dulunya tertutup pasir vulkanik dan puing karang kini perlahan hidup kembali. Setelah sepuluh bulan, fragmen karang mulai tumbuh, ikan kakatua, kuwe, kakap, bahkan hiu karang kecil telah kembali. Dasar laut yang dulu sunyi kini berwarna dan penuh kehidupan.
Bagi masyarakat, perubahan ini bukan sekadar data ekologis, tetapi bukti nyata bahwa konservasi berhasil ketika masyarakat menjadi bagian dari prosesnya. Kini, para nelayan yang dulu memandang perlindungan laut sebagai pembatas, mulai melihatnya sebagai janji untuk masa depan anak-anak mereka.
Merajut Kemandirian Melalui Upaya Bersama
Di Alor Besar, konservasi memiliki bentuk sosial. Ia tidak hanya hidup dalam restorasi karang atau kampanye kesadaran lingkungan, tetapi juga dalam keseharian, dalam tenunan kain, dalam olahan ikan, dan dalam kreativitas para pemuda.
Festival Wisma Raya menjadi cerminan proses itu, ketika masyarakat berdiri bukan sebagai penerima bantuan, melainkan mitra perubahan. Setiap produk yang mereka hasilkan mencerminkan bukan hanya keterampilan, tetapi juga keyakinan, bahwa laut yang sehat menopang kehidupan yang bermartabat.
Melalui kolaborasi ini, Nautika Foundation dan masyarakat Alor Besar sedang mendefinisikan ulang arti pembangunan di wilayah pesisir. Bukan tentang mengambil lebih banyak dari laut atau mengejar pertumbuhan cepat, tetapi tentang keseimbangan, identitas, dan keberlanjutan. Di sini, kemajuan diukur dari seberapa besar perhatian yang dikembalikan kepada laut yang telah memberi kehidupan.

Dari Alor Untuk Dunia
Kisah Alor Besar mengingatkan kita bahwa perubahan dapat dimulai dari ruang-ruang kecil, dari stan sederhana, dari sekelompok perempuan penenun, dari fragmen karang yang ditanam di dasar laut.
Langkah demi langkah, tindakan penuh kepedulian ini membangun hubungan berkelanjutan antara pemberdayaan masyarakat dan konservasi laut. Di desa pesisir ini, masa depan sedang ditenun dengan sabar melalui dialog, pembelajaran bersama, dan keyakinan bahwa laut bukan sekadar sumber daya, tetapi rumah bersama.
Dari Alor, pesan ini mengalir melampaui birunya laut, mengingatkan dunia bahwa menjaga laut berarti menjaga kehidupan itu sendiri.
Media Partner :
Radio Republik Indonesia (RRI)
Seputar NTT
https://www.seputar-ntt.com/kolaborasi-nautika-foundation-hidupkan-ekonomi-dan-pelestarian-laut/
Bonari News











